17 Juli 2011

marmut merah jambu

..'kalo kamu binatang kira-kira kamu jadi apa?'
'koala kali, ya.'
'bener tuh! kamu koala banget,' kata dia. 'kamu kan mukanya ngantukan, terus males gerak ke mana-mana. kalo aku kira-kira apa?'
'kamu singa,' kata gue, mengingat sifat dia yang beringas. 'singa pemakan koala.'

dia melihat mata gue dan bilang dengan sungguh-sungguh, 'kita bakalan kayak gini terus, kan?'
'aku pengin kita begini terus,' kata gue, sambil pererat genggaman gue.

saat itu gue sadar, inilah apa yang gue coba tulis dibuku Marmut Merah Jambu ini: tentang bagaimana manusia pacaran, tentang manusia jatuh cinta, tentang gue jatuh cinta. dari mulai bagaimana jaruh cinta diam-diam, sampai naksir orang via chatting. dari mulai susahnya mutusin cewek, sampai ditaksir sama cewek aneh. dari mulai kita nembak cewek, sampai akhirnya membuat janji seperti lazimnya orang pacaran lainnya, seperti : kita bakalan kayak gini terus. janji yang terkadang gak bisa ditepati.

dia bertanya lagi ke gue, 'kamu dari mana yakin kita bakal gini terus?' dia lalu berdehem, sebelum akhirnya melanjutkan, 'sebelumnya kan kamu juga uda pernah pacaran. pernah punya hubungan yang gagal'
'lah, kamu juga,' balas gue.
'makanya. siapa tahu...kita nanti gagal juga?'
'itu risiko yang aku ambil,' kata gue.

dalam hati, gue berharap hubungan gue dan pacar gue sekarang seperti hubungan binatang yang setia satu sama lain selama hidupnya. ambil contoh burung lovebirds, burung ini setia sama satu pasangan selama hidupnya, sampai-sampai ketika pasangannya mati, burung yang satu lagi akan merenung, depresi, akhirnya tidak lama kemudian mati menyusul pasangannya. romantis banget ya?

tidak seperti burung lovebirds, manusia adalah spesies yang aneh. kebanyakan dari kita pasti pernah ngerasain putus, semakin banyak kita pacaran, semakin banyak kita ngerasain putus. pacaran pada dasarnya punya risiko: ngambek, marah, dan akhirnya diselingkuhi, dan patah hati. tapi kita, sebagai manusia, tetep aja mau pacaran. karena kita, seperti belalang, tahu bahwa untuk mencintai seseorang, butuh keberanian.

gue memulai buku ini dengan berusaha memahami apa itu cinta melalu introspeksi ke dalam pengalaman-pengalaman gue. dan di halaman terakhir ini, gue merasa...tetap gak mengerti, sama seperti gue memulai halaman pertama.

alih-alih seperti belalang, gue merasa seperti seekor marmut berwarna merah jambu yang terus menerus jatuh cinta, loncat dari satu relationship ke yang lainya, mencoba berlari dan berlari dan berlari di dalam roda bernama cinta, seolah maju, tapi tidak...karena sebenarnya jalan di tempat.

entah sudah berapa kali gue naksir orang sebelum bertemu pacar gue yang sekarang ini. entah berapa kali patah hati, berantem, cemburu yang gue alami sebelum ketemu dia. entah berapa kali nembak dan putus, seolah-olah gue berlari dan berlari dari satu hubungan gagal ke hubungan gagal lainnya, seperti marmut yang tidak tahu kapan harus berhenti berlari di roda yang berputar. dan hubungan kali ini, setiap gue memandangi dia, pertanyaan besar itu pun timbul: apakah sekarang saatnya berhenti?

                                                                                                                     ...........raditya dika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar